Awal kuliah kami di jawa barat
seriring waktu kuliah berjalan lasung dan berapa lama kami dan teman ada yang
ingin naik gunung tapi masih bingung mau naik gunung mana tapi kami kepikiran
naik gunung jangan yang jahu-jahu dulu karena kami masih banyak yang belum tau
naik gunung itu seperti apa dan kaya gimana tapi ada teman kami yang sudah
sering naik gunung jadi kami minta bantuan buat jadi pemandu gunung yang kami
sebut namanya Anas Lanang beliau sering sekali naik gunung dan kami mulai
becerita tetang gunung dan kami minta untuk jadi pemandu gunung ternyata beliau
mau dan kami menawar kan ke teman kami yang lain awalnya banyak sekali yang mau
ikut tapi pas sering berjalan banyak yang ega bisa karena banyak sekali alasan
tertentu mulai dari orang tua merak ada juga dari faktor cuaca ada juga karena
ega ada uang tapi mulain tersisir juga dari 20 orang yang mau ikut jadi tigal 4
orang yang ikut hari demi hari kami latihan fisik di kampus kami setelah pulang
kuliah kami lari-lari kecil agar kaki kami tidak keram saat naik gunung jadi
kami persiap kan dengan baik sekali waktu itu setelah uas kuliah selsai tibah
kami mersiapkan diri dan perlekapan peribadi mulai dari carier alat masak,
tenda, seter, logistik, flysheet, kompor, pakaian peribadi.
Di bulan yang masih
turun hujan kami sedikit ragu untuk naik gunung ciremai tapi semangat dari
teman kami menjadi untuk tetap naik gunung entah bagai mana nanti di sana kami
lihat kodisi di gunung. Kami berakat dari jakarta kumpul bersama teman kuliah
kami di terminal kampung rabutan, kami kumpul siang kami naik bus jurusan
kuningan setelah lama di perjalanan kami tibah di kondisi malam di sana kami
cari mobil yang arah terminal maljaleka ega lama kemudian kami dapet mobil.
Kami sampe di terminal
maljaleka kodisi masih malam jadi kami nunggu pagi baru ada mobil yang arah
kaki gunung ciremai dan kami tidur sebetar saja, setelah pagi hari kami mulai naik mobil arah
kaki gunung ciremai jalan yang berliku-liku dan tajakan yang lumayan tajam ega
lama kemudian kami sampe di pendaftaran gunung ciremai dan kami mulai pendaftar
pendakian 4 orang setelah itu kami mulai mepersiapkan diri dan cek barang lagi
yang mau di bawa pas naik.
Hari kamis pagi kami
mulai pendakian sebelum kami naik kita berdoa bersama-sama agar kami selamat
sampe pucank gunung. Pagi itu cukup cerah sekali tapi kadang turun kabut juga
dan kami mulai naik dari gapura gunung ciremai kami laporan sama penjaga dan di
situ kami di tanyakan apa saja barang yang di bawa dan barang yang berjenis
pelastik dan sampe alat yang lainnya itu sudah selesai semua kami mulai jalan. Langkah
demi langkah terus kami pijakan, setiap pijakan kami adalah penuh dengan ambisi
untuk menaklukan tingginya Gunung
Ciremai. Sampailah kami di pos dua, dimana mulai turunnya hujan dan tiupan
angin yang mulai kencang. Kami tahu cuaca mulai tidak bagus namun kami masih melanjutkan pendakian terus. Mendan
yang dilalui semakin licin.
Aku
harus mengeluarkan tenaga yang lebih untuk terus melanjutkan pendakian. Nafas
yang sudah ngos-ngosan tenaga yang hampir habis dan rasa dingin di tubuh
yang sudah menusuk di tubuh membuat langkah kami terhenti di pos 4, namun
karena cuaca semakin ekstrim kami memutuskan untuk mendirikan tenda di pos
tersebut dan menghentikan pendakian. Saat keesokan harinya kami akan melanjutkan pendakian ternyata
cuaca masih badai dan salah satu rekan kami sedang sakit, jadi kami hanya bisa
ditenda saja. Karena kami tidak mungkin meninggalkan teman kami yang sedang
sakit tersebut. Disinilah aku sadar bahwa di pencinta alam juga ada yang namanya solidaritas dan kebersamaan.
Semua itu sama seperti yang ada di dalam Pencak Silat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar