Write by Kamil
|
Aku
tak pernah meyangka awalnya aku yang memiliki tubuh yang gendut ini memutuskan
untuk mengikuti pendakian ke Gunung
Ciremai. Entah dari mana keputusan itu datang aku pun bingung. Namun aku
sebagai seorang pesilat diajarkan untuk tidak boleh lari dari pertarungan maka
kubulatkan tekadku untuk terus maju mengikuti acara pendakian tersebut. Aku yang
tidak memiliki perlalatan apapun berusaha untuk mencari dan meminjam peralatan
yang kubutuhkan untuk pendakian, namun ternyata hasilnya sama saja tidak ada
yang bisa meminjamkanku peralatan.
Hari pendakian tiba, dengan berbekal doa dan restu orang
tua kuberangkat bersama dengan ketiga kawanku yang sudah menunggu di pos
keberangkatan awal pendakian. Walaupun kami tahu cuaca saat itu sedang tidak
bagus, namun itu tidak mengendurkan semangat kami untuk terus melanjutkan
pendakian. Langkah demi langkah terus kami pijakan, setiap pijakan kami adalah
penuh dengan ambisi untuk menaklukan tingginya
Gunung Ciremai. Terutama untukku ini adalah perjuangan dan pertarungan
melawan beratnya badan dan menaklukan ketinggian.
Write by Kamil |
Sampailah
kami di pos dua, dimana mulai turunnya hujan dan tiupan angin yang mulai
kencang. Kami tahu cuaca mulai tidak bagus namun kami masih melanjutkan pendakian terus. Mendan
yang dilalui semakin licin dan berat terutama untuk orang sepertiku dengan
tubuh berat ini. Aku harus mengeluarkan tenaga yang lebih untuk terus
melanjutkan pendakian. Nafas yang sudah ngos-ngosan tenaga yang hampir
habis dan rasa dingin di tubuh yang sudah menusuk di tubuh membuat langkah kami
terhenti di pos 4, namun karena cuaca semakin ekstrim kami memutuskan untuk
mendirikan tenda di pos tersebut dan menghentikan pendakian.
Cuaca
semakin memburuk aku yang tidak memiliki peralatan pribadi seperti sleeping bad
hanya dapat menikmati cuaca dingin yang menusuk rasanya hingga tulang. Namun
aku tetap kuat hanya berbekal sarung yang aku bawa.
Saat
keesokan harinya kami akan melanjutkan
pendakian ternyata cuaca masih badai dan salah satu rekan kami sedang sakit,
jadi kami hanya bisa ditenda saja. Karena kami tidak mungkin meninggalkan teman
kami yang sedang sakit tersebut. Disinilah aku sadar bahwa di pencinta alam juga ada yang namanya
solidaritas dan kebersamaan. Semua itu sama seperti yang ada di dalam Pencak
Silat.
Perbekalan
yang hampir habis dan cuaca badai, sehingga kami memutuskan untuk turun saja
karena ini akan sangat berbahaya jika kami terus melanjutkan pendakian. Maka
turunlah kami dan kami belum beruntung untuk mencapai tingginya Gunung Ciremai.
Add cte by Kamil |
Namun
ada satu pelajaran yang dapat aku petik dari pengalaman pertamaku kebersamaan,
kekompakan, dan solidaritas. Akan mengalahkan rasa lelah dan berat, aku
sendiri merasakannya dengan pengalaman yang kudapatkan dari pendakian
pertamaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar