Anas lanang | jasa gaet naik gunung seindonesia | 083808263371 | 085322475029

Kamis, 11 Januari 2018

Keindahan Wisata Alam Baturraden, Puwokerto



Kali ini, aku mau bahas tentang wisata alam di Baturraden, tepatnya di wilayah Purwokerto, Jawa Tengah.

Sebenernya  masih banyak lokasi wisata alam yang indah, Cuma aku pengen banget mengekspos keindahan alam Indonesia khususnya Baturraden. Yeay!!!
Salah satu alasannya adalah karena kota Purwokerto, kota nostalgia aku banget wkwk. Banyak kenangan waktu kecilku disana bersama keluarga dan teman yang sekarang jauh disana dan aku disini.*kayakliriklagu

Baturraden adalah keindahan yang memancar dari lereng Gunung Slamet. Lokasi wisata yang

berjarak hanya sekitar 15 km dari kota Purwokerto, Jawa Tengah ini, tak hanya menyimpan panorama alam yang molek, tetapi juga cerita rakyat tentang Raden Kamandaka, atau Lutung Kasarung yang cukup akrab di masyarakat Indonesia. Dikarenakan letaknya inilah yang membuat lokawisata Baturaden menjadi sejuk dan damai untuk kita kunjungi.
Untuk kalian para Traveler sejati banget, wajib dan harus dateng ke lokawisata Baturraden. Karena keseruan yang tiada tara akan kalian rasakan disana. Lebih seru lagi kalian ajak teman, sahabat, keluarga, dan yang pasti si doi juga diajak ya. Hehe

Konon katanya nih sejarah lahirnya Baturaden adalah diambil dari nama sepasang kekasih bernama Batur dengan seorang wanita Bangsawan bernama Raden. Aaahhhh sosweet banget yaaaa…?!!!! Dan sekarang sudah menjadi ikonnya Baturaden lho.. (Setiap kenangan pasti akan menjadi sejarah) asek!!
Ini dia penampakan patung yang menggambarkan sejarahnya Baturraden. Deskripsi gambar tersebut sih sesuai dengan kultur budaya setempat ya. Yang terkenal akan tarian khas jawa yang diiringi oleh seorang wanita dan pria.

Dan setiap sejarah patut untuk dikenang dan diapresiasi. Supaya kita sebagai umat manusia menghargai apa-apa yang telah diberikan oleh Tuhan-Nya. Seperti keindahan alam Indonesia yaitu Baturraden. Dan kita sepatutya untuk mensyukuri.
Sekian dari aku, salam untuk seluruh umat manusia didunia. Jagalah alammu agar kamu dapat menikmati keindahan yang haqiqi dan ridho penciptan-Nya. Karena kalau bukan kita siapa lagi.
See you :)……!!!!!!!!!

Selasa, 09 Januari 2018

Pendakian Gunung Ciremai



         Awal kuliah kami di jawa barat seriring waktu kuliah berjalan lasung dan berapa lama kami dan teman ada yang ingin naik gunung tapi masih bingung mau naik gunung mana tapi kami kepikiran naik gunung jangan yang jahu-jahu dulu karena kami masih banyak yang belum tau naik gunung itu seperti apa dan kaya gimana tapi ada teman kami yang sudah sering naik gunung jadi kami minta bantuan buat jadi pemandu gunung yang kami sebut namanya Anas Lanang beliau sering sekali naik gunung dan kami mulai becerita tetang gunung dan kami minta untuk jadi pemandu gunung ternyata beliau mau dan kami menawar kan ke teman kami yang lain awalnya banyak sekali yang mau ikut tapi pas sering berjalan banyak yang ega bisa karena banyak sekali alasan tertentu mulai dari orang tua merak ada juga dari faktor cuaca ada juga karena ega ada uang tapi mulain tersisir juga dari 20 orang yang mau ikut jadi tigal 4 orang yang ikut hari demi hari kami latihan fisik di kampus kami setelah pulang kuliah kami lari-lari kecil agar kaki kami tidak keram saat naik gunung jadi kami persiap kan dengan baik sekali waktu itu setelah uas kuliah selsai tibah kami mersiapkan diri dan perlekapan peribadi mulai dari carier alat masak, tenda, seter, logistik, flysheet, kompor, pakaian peribadi.
 
Di bulan yang masih turun hujan kami sedikit ragu untuk naik gunung ciremai tapi semangat dari teman kami menjadi untuk tetap naik gunung entah bagai mana nanti di sana kami lihat kodisi di gunung. Kami berakat dari jakarta kumpul bersama teman kuliah kami di terminal kampung rabutan, kami kumpul siang kami naik bus jurusan kuningan setelah lama di perjalanan kami tibah di kondisi malam di sana kami cari mobil yang arah terminal maljaleka ega lama kemudian kami dapet mobil.

Kami sampe di terminal maljaleka kodisi masih malam jadi kami nunggu pagi baru ada mobil yang arah kaki gunung ciremai dan kami tidur sebetar saja,  setelah pagi hari kami mulai naik mobil arah kaki gunung ciremai jalan yang berliku-liku dan tajakan yang lumayan tajam ega lama kemudian kami sampe di pendaftaran gunung ciremai dan kami mulai pendaftar pendakian 4 orang setelah itu kami mulai mepersiapkan diri dan cek barang lagi yang mau di bawa pas naik. 

Hari kamis pagi kami mulai pendakian sebelum kami naik kita berdoa bersama-sama agar kami selamat sampe pucank gunung. Pagi itu cukup cerah sekali tapi kadang turun kabut juga dan kami mulai naik dari gapura gunung ciremai kami laporan sama penjaga dan di situ kami di tanyakan apa saja barang yang di bawa dan barang yang berjenis pelastik dan sampe alat yang lainnya itu sudah selesai semua kami mulai jalan. Langkah demi langkah terus kami pijakan, setiap pijakan kami adalah penuh dengan ambisi untuk menaklukan tingginya Gunung Ciremai. Sampailah kami di pos dua, dimana mulai turunnya hujan dan tiupan angin yang mulai kencang. Kami tahu cuaca mulai tidak bagus namun kami  masih melanjutkan pendakian terus. Mendan yang dilalui semakin licin.





Aku harus mengeluarkan tenaga yang lebih untuk terus melanjutkan pendakian. Nafas yang sudah ngos-ngosan tenaga yang hampir habis dan rasa dingin di tubuh yang sudah menusuk di tubuh membuat langkah kami terhenti di pos 4, namun karena cuaca semakin ekstrim kami memutuskan untuk mendirikan tenda di pos tersebut dan menghentikan pendakian. Saat keesokan harinya  kami akan melanjutkan pendakian ternyata cuaca masih badai dan salah satu rekan kami sedang sakit, jadi kami hanya bisa ditenda saja. Karena kami tidak mungkin meninggalkan teman kami yang sedang sakit tersebut. Disinilah aku sadar bahwa di pencinta alam juga ada yang namanya solidaritas dan kebersamaan. Semua itu sama seperti yang ada di dalam Pencak Silat.

Sekian dari saya tentang alam ini kurang lebih bisa komen di bawa ini. Salam rimba jaga alam ini dari sampah.


Sabtu, 06 Januari 2018

Pendakian Pertamaku




Write by Kamil

Aku tak pernah meyangka awalnya aku yang memiliki tubuh yang gendut ini memutuskan untuk mengikuti pendakian ke Gunung Ciremai. Entah dari mana keputusan itu datang aku pun bingung. Namun aku sebagai seorang pesilat diajarkan untuk tidak boleh lari dari pertarungan maka kubulatkan tekadku untuk terus maju mengikuti acara pendakian tersebut. Aku yang tidak memiliki perlalatan apapun berusaha untuk mencari dan meminjam peralatan yang kubutuhkan untuk pendakian, namun ternyata hasilnya sama saja tidak ada yang bisa meminjamkanku peralatan. 

          Hari pendakian tiba, dengan berbekal doa dan restu orang tua kuberangkat bersama dengan ketiga kawanku yang sudah menunggu di pos keberangkatan awal pendakian. Walaupun kami tahu cuaca saat itu sedang tidak bagus, namun itu tidak mengendurkan semangat kami untuk terus melanjutkan pendakian. Langkah demi langkah terus kami pijakan, setiap pijakan kami adalah penuh dengan ambisi untuk menaklukan tingginya Gunung Ciremai. Terutama untukku ini adalah perjuangan dan pertarungan melawan beratnya badan dan menaklukan ketinggian.

Write by Kamil
Sampailah kami di pos dua, dimana mulai turunnya hujan dan tiupan angin yang mulai kencang. Kami tahu cuaca mulai tidak bagus namun kami  masih melanjutkan pendakian terus. Mendan yang dilalui semakin licin dan berat terutama untuk orang sepertiku dengan tubuh berat ini. Aku harus mengeluarkan tenaga yang lebih untuk terus melanjutkan pendakian. Nafas yang sudah ngos-ngosan tenaga yang hampir habis dan rasa dingin di tubuh yang sudah menusuk di tubuh membuat langkah kami terhenti di pos 4, namun karena cuaca semakin ekstrim kami memutuskan untuk mendirikan tenda di pos tersebut dan menghentikan pendakian.

Cuaca semakin memburuk aku yang tidak memiliki peralatan pribadi seperti sleeping bad hanya dapat menikmati cuaca dingin yang menusuk rasanya hingga tulang. Namun aku tetap kuat hanya berbekal sarung yang aku bawa. 

Saat keesokan harinya  kami akan melanjutkan pendakian ternyata cuaca masih badai dan salah satu rekan kami sedang sakit, jadi kami hanya bisa ditenda saja. Karena kami tidak mungkin meninggalkan teman kami yang sedang sakit tersebut. Disinilah aku sadar bahwa di pencinta alam juga ada yang namanya solidaritas dan kebersamaan. Semua itu sama seperti yang ada di dalam Pencak Silat. 



Perbekalan yang hampir habis dan cuaca badai, sehingga kami memutuskan untuk turun saja karena ini akan sangat berbahaya jika kami terus melanjutkan pendakian. Maka turunlah kami dan kami belum beruntung untuk mencapai tingginya Gunung Ciremai.
Add cte by Kamil
Namun ada satu pelajaran yang dapat aku petik dari pengalaman pertamaku kebersamaan, kekompakan, dan solidaritas. Akan mengalahkan rasa lelah dan berat, aku sendiri merasakannya dengan pengalaman yang kudapatkan dari pendakian pertamaku.

Sekian dari saya tentang alam ini kurang lebih bisa komen di bawa ini. Salam rimba jaga alam ini dari sampah.